
Ekspresi kecewa dari para pemain Inter Milan setelah AC Milan meraih kemenangan di semifinal Coppa Italia 2024-2025. (c) AP Photo/Luca Bruno
Bola.net – Inter Milan memilih untuk tidak mengirim pemain atau staf ke sesi wawancara pasca-laga saat menghadapi Lazio. Keputusan ini menjadi simbol dari akumulasi kekesalan mereka terhadap kepemimpinan wasit selama musim ini.
Laga melawan Lazio berakhir imbang 2-2 dan berpotensi membuat gelar Scudetto melayang ke Napoli. Tapi menurut Inter, bukan cuma laga itu yang jadi masalah.
Mereka merasa telah beberapa kali dirugikan oleh keputusan-keputusan wasit yang kontroversial. Akumulasi insiden inilah yang membuat emosi mereka akhirnya memuncak.
Advertisement
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, Inter telah mengidentifikasi sejumlah keputusan wasit yang dinilai sangat merugikan. Insiden-insiden ini diklaim memiliki dampak besar terhadap peluang juara mereka.
Insiden Penalti di Laga Inter vs Napoli
Lautaro Martinez dan Amir Rrahmani dalam laga Inter Milan vs Napoli di Serie A 2024/2024, Senin (11/11/2024). (c) AP Photo/Luca Bruno
Salah satu momen yang paling diingat terjadi saat Inter bermain imbang 1-1 melawan Napoli. Saat itu, Mathias Olivera dinilai menyentuh bola dengan tangan saat mencoba menghentikan Lautaro Martinez di kotak penalti.
Para pemain Inter meyakini bola bisa dikuasai Lautaro dalam posisi berbahaya jika insiden itu tidak terjadi. Namun, wasit tidak menganggapnya sebagai pelanggaran.
Kekecewaan Inter semakin dalam karena insiden ini terjadi di fase penting musim. Mereka percaya momen itu bisa mengubah hasil akhir laga.
Kontroversi Penalti Saat Jumpa Bologna
Nicolo Barelladan Dan Ndoye berebut bola dalam laga Serie A antara Inter Milan vs Bologna, Kamis (16/1/2025) dini hari WIB.) (c) AP Photo/Luca Bruno
Laga seru antara Inter dan Bologna berakhir 2-2, tapi meninggalkan rasa frustrasi besar bagi kubu Nerazzurri. Marcus Thuram sempat dijatuhkan kiper Lukasz Skorupski di dalam kotak penalti.
Anehnya, wasit justru memberikan pelanggaran untuk Bologna, bukan Inter. Padahal, tayangan ulang memperlihatkan kontak yang jelas antara kiper dan penyerang.
Bagi Inter, ini adalah salah satu contoh buruknya keputusan yang merugikan mereka. Mereka menjadi kehilangan dua poin.
Derby Milan dan Keputusan VAR yang Dipertanyakan
Nicolo Barella berduel dengan Tijjani Reijnders dalam laga leg kedua semifinal Coppa Italia 2024/2025 antara Inter Milan vs AC Milan, Kamis (24/4/2025) dini hari WIB. (c) Spada/LaPresse via AP
Dalam duel panas melawan AC Milan yang berakhir 1-1, Inter merasa ada insiden yang layak ditinjau ulang lewat VAR. Saat itu, Strahinja Pavlovic terlihat menginjak betis Marcus Thuram di kotak penalti.
Namun, wasit tidak memeriksa ulang lewat VAR dan permainan berlanjut. Theo Hernandez kemudian membuang bola, menyelamatkan Milan dari ancaman.
Inter menilai keputusan ini sangat merugikan. Sebab jika penalti diberikan, mereka punya peluang besar meraih tiga poin.
Lemparan Salah di Laga Kontra Bologna
Duel Jhon Lucumi lawan Lautaro Martinez di laga Bologna vs Inter Milan, Minggu (21/04/2025). (c) Michele Nucci/LaPresse via AP Photo
Saat kalah 0-1 dari Bologna, Inter kembali merasa dirugikan oleh keputusan kecil namun berdampak besar. Gol Riccardo Orsolini tercipta setelah Bologna melakukan lemparan ke dalam yang posisinya jauh dari titik bola keluar.
Simone Inzaghi menyebut bola dilempar sekitar 10 meter dari lokasi sebenarnya. Meski terkesan sepele, keputusan itu menghasilkan gol penentu kemenangan.
Inter kecewa karena pengawasan wasit terhadap detail kecil seperti ini bisa memengaruhi hasil pertandingan. Terlebih karena laga itu berlangsung di masa krusial musim.
Pegangan di Depan Gawang Roma yang Tak Dianggap Pelanggaran
Marko Arnautovic berduel dengan Gianluca Mancini di laga Inter Milan vs AS Roma, Minggu (27/4/2025) (c) AP Photo/Antonio Calanni
Dalam kekalahan tipis 0-1 dari AS Roma, Inter merasa kehilangan kesempatan emas mencetak gol. Yann Bisseck terlihat ditarik Evan Ndicka hanya beberapa inci dari gawang.
Inter yakin seharusnya mereka mendapatkan penalti dari insiden tersebut. Namun, wasit memilih untuk membiarkan permainan terus berjalan.
Ini menjadi salah satu contoh frustrasi Inter terhadap standar konsistensi kepemimpinan wasit. Apalagi kejadian itu terjadi dalam posisi mencetak gol yang sangat terbuka.
Akumulasi Kekesalan yang Meledak di Laga Kontra Lazio
Alessandro Bastoni (kanan) menghalau bola dari kejaran Gustav Isaksen di pertandingan Inter Milan vs Lazio, Senin (19/5/2025). (c) Spada/La Presse via AP
Pertandingan melawan Lazio bisa dibilang sebagai titik puncak kemarahan Inter. Mereka kecewa berat karena dua kali unggul namun gagal menang.
Penalti yang diberikan untuk handball Yann Bisseck juga menjadi sorotan besar. Bagi Inter, keputusan itu terlalu keras dan tidak konsisten dengan kejadian-kejadian sebelumnya.
Pelatih Simone Inzaghi bahkan diusir keluar karena protes kerasnya. Ia pun dipastikan absen di laga pamungkas Inter melawan Como.
Penyesalan Inter di Tengah Peluang Juara yang Hilang
Yann Bisseck (kanan) berduel dengan Taty Castellanos (kiri) di giornata ke-37 Serie A 2024/2025, Senin (19/5/2025) (c) Spada/La Presse via AP
Meski banyak menyalahkan keputusan wasit, Inter juga menyadari mereka kerap membuang poin penting. Terutama sebelum jadwal padat dan kelelahan fisik mulai mempengaruhi performa tim.
Kegagalan mempertahankan keunggulan di beberapa laga jadi catatan penting. Kini, peluang merebut Scudetto dari Napoli sangat tipis.
Musim ini jadi pelajaran besar bagi Inter, baik soal mentalitas maupun efisiensi. Dan tentu saja, soal bagaimana menghadapi tekanan dan kontroversi dalam perburuan gelar.