Lompat ke konten

KUBET – From Bad to Worst: Catatan Memilukan Manchester United di Bawah Amorim

From Bad to Worst: Catatan Memilukan Manchester United di Bawah Amorim


From Bad to Worst: Catatan Memilukan Manchester United di Bawah Amorim

Harry Maguire usai laga Premier League antara Manchester United vs West Ham, Minggu (11/5/2025). (c) AP Photo/Ian Hogdson

Bola.net – “Malu.” Itulah kata yang dipilih Ruben Amorim untuk menggambarkan perasaannya atas performa Manchester United musim ini. Setelah kalah 0-2 dari West Ham di Old Trafford, The Reds Devils terjebak di peringkat 16 dengan tujuh laga tanpa kemenangan—salah satu catatan terburuk dalam sejarah klub.

Amorim yang menggantikan Erik ten Hag pada November lalu, gagal membawa angin segar. Alih-alih membaik, situasi justru semakin suram. Dengan hanya 24 poin dari 25 laga, MU bahkan berpotensi mencatat rekor poin terendah sejak musim degradasi 1930/1931 jika tren negatif ini berlanjut.

Kekalahan di kandang sendiri semakin memperburuk keadaan. Sembilan kekalahan di Old Trafford menyamai rekor terburuk sepanjang sejarah, sementara total 17 kekalahan di liga adalah yang tertinggi sejak 1973/1974—musim terakhir mereka terdegradasi.


1 dari 3 halaman

Krisis Tak Terbendung di Bawah Amorim

Sejak bekerja sebagai pelatih, Amorim hanya memenangi 24% pertandingan liga—angka yang jauh di bawah standar raksasa seperti Manchester United. Yang lebih mengkhawatirkan, timnya hanya mengumpulkan 23 poin dari potensi 87 poin saat menghadapi tim non-degradasi.

Jika hasil melawan tiga tim terdegradasi (Ipswich, Leicester, dan Southampton) tidak dihitung, MU bahkan akan berada di dasar klasemen. Sejak akhir Januari, satu-satunya kemenangan mereka hanyalah atas Ipswich dan Leicester—dua tim yang sudah pasti terdegradasi.

Dengan rata-rata seperti ini, MU diproyeksikan hanya mengumpulkan 29 poin di akhir musim—angka terendah sejak musim 1930/1931. Amorim sendiri mengakui bahwa situasi ini “tidak bisa diterima” bagi klub sebesar United.

Pertandingan Selanjutnya

Liga Inggris Liga Inggris
|
4 Mei 2025

Brentford
Brentford

20:00 WIB

Man United
Man United

2 dari 3 halaman

Old Trafford Bukan Lagi Benteng

Salah satu masalah terbesar MU musim ini adalah kegagalan mereka memanfaatkan kandang. Dengan 9 kekalahan di Old Trafford, mereka menyamai rekor terburuk sepanjang sejarah—setara dengan musim-musim krisis seperti 1930/1931 dan 1962/1963.

Tim Amorim juga kerap kebobolan lebih dulu, termasuk 12 kali di kandang sendiri. Hanya Leicester yang lebih buruk dalam statistik ini. Begitu tertinggal, MU hampir selalu kesulit bangkit—hanya memenangkan 3 dari 19 laga saat kebobolan pertama.

Fans mulai kehilangan kesabaran. Sorakan berubah menjadi siulan, dan tekanan pada Amorim semakin besar. Jika tidak ada perbaikan segera, musim ini berpotensi menjadi yang paling memalukan dalam sejarah modern Manchester United.

3 dari 3 halaman

Catatan Kemenangan Terendah dan Kesulitan Mencetak Gol

Pertandingan pertama Amorim sebagai pelatih berlangsung pada 23 November 2024 dan sejak saat itu catatan mereka terus mengecewakan, yaitu:

> Persentase kemenangan Amorim sebesar 24%, lebih buruk dibandingkan manajer United mana pun sejak era Sir Alex Ferguson, dengan catatan David Moyes sebesar 50% menjadi yang terburuk kedua.

> Di bawah Amorim, Man United hanya memenangkan enam dari 25 pertandingan liga, imbang enam kali dan kalah 13 kali.

> Dalam periode itu mereka telah kebobolan 41 gol, hanya tiga tim yang terdegradasi dan Tottenham yang kebobolan lebih banyak.

> Man United kebobolan rata-rata 1,6 gol per pertandingan di bawah Amorim dan hanya mencatat empat kali nirbobol (clean sheet).

> Mereka juga memiliki catatan terburuk keenam di liga dalam hal mencetak gol, gagal mencetak gol dalam 10 dari 25 pertandingan liga dan hanya mencetak 30 gol.

> Dari 344 tembakan yang dilepas MU, 107 mengarah ke gawang, tetapi hanya menghasilkan 30 gol, berarti tingkat konversi mereka hanya sebesar 8,7%, lebih buruk dari Leicester City dan Southampton.

> Catatan tersebut menjadikan mereka tim dengan performa terburuk kedua dibandingkan dengan expected goals (xG), setelah Crystal Palace.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *