
Jose Mourinho dalam laga Liga Europa antara Slavia Praha vs Fenerbahce, Jumat (29/11/2024). (c) AP Photo/Petr David Josek
Bola.net – Musim pertama Jose Mourinho di Fenerbahce ditutup tanpa trofi, tapi penuh warna. Bukan kemenangan yang jadi inti cerita, melainkan drama demi drama yang menandai kiprahnya di sepak bola Turki. Mulai dari konflik dengan wasit, tuduhan rasisme, hingga aksi-aksi kontroversial di pinggir lapangan, semuanya ada.
Meski gagal mempersembahkan gelar, Mourinho tetap dipercaya untuk memimpin Fenerbahce musim depan. Ia menjadi pelatih pertama dalam 43 tahun terakhir yang dipertahankan klub meski gagal menjuarai Super Lig. Ini jadi sinyal kuat bahwa Fenerbahce percaya pada proyek jangka panjang sang pelatih.
Di balik kelanjutan karier Mourinho, sepak bola Turki justru sedang bergolak. Kebocoran pesan internal federasi memicu krisis besar, yang melibatkan nama besar Mourinho dan membuat publik menyorot tajam integritas kompetisi.
Advertisement
Bentrok Panas dan Bocoran yang Mengguncang
Ketegangan Mourinho dengan perangkat pertandingan mencapai puncak saat Fenerbahce menghadapi Galatasaray pada Februari lalu. Seusai laga yang berakhir imbang, Mourinho melontarkan kritik keras terhadap wasit lokal dan menuding sepak bola Turki penuh kekacauan dan ketidakteraturan.
Tak lama kemudian, muncul tangkapan layar percakapan WhatsApp yang diduga berasal dari Komite Disiplin Federasi Sepak Bola Turki (TFF). Dalam salah satu pesan yang dikutip talkSPORT, tertulis: “Kita akan membuat dia mendapatkan balasannya musim depan. Dia sudah terlalu banyak ditoleransi.”
Pesan itu menjadi pukulan telak bagi kredibilitas federasi. Imbasnya, Presiden Komite Disiplin, Celal Nuri Demirturk, beserta seluruh jajaran direksi, memilih mundur secara massal akibat tekanan publik yang kian memanas.
Fenerbahce Membalas: Tegas, Terbuka, dan Tidak Diam
Menanggapi skandal tersebut, Fenerbahce langsung mengeluarkan pernyataan resmi. “Klub kami telah mengajukan permohonan resmi kepada Federasi Sepak Bola Turki sebagai tanggapan atas korespondensi yang dipublikasikan hari ini dan diklaim berasal dari anggota Komite Disiplin Profesional,” tulis mereka.
Lebih jauh, klub menegaskan bahwa mentalitas bermusuhan seperti itu tidak seharusnya ada di dunia olahraga. “Kami percaya bahwa mentalitas bermusuhan ini, yang jelas-jelas melanggar prinsip ketidakberpihakan dan didasarkan pada dendam, tidak memiliki tempat dalam Olahraga Turki,” tegas Fenerbahce.
Sekretaris Jenderal klub, Burak Kizilhan, mengatakan bahwa kebocoran tersebut “jelas-jelas melanggar prinsip ketidakberpihakan.” Ia juga meminta investigasi dilakukan secara “cepat dan transparan” agar keadilan bisa ditegakkan.
Tuduhan Rasis dan Sanksi yang Menggigit
Mourinho juga dituding melakukan tindakan rasis dalam laga panas kontra Galatasaray. Saat itu, ia mengomentari perilaku bangku cadangan lawan dengan kalimat yang menyinggung. “Mereka melompat-lompat seperti monyet,” ujar Mourinho, yang langsung memicu reaksi keras dari Galatasaray.
Klub rival itu menuding ucapan Mourinho sebagai bentuk rasisme yang tak bisa diterima. TFF pun bergerak cepat menjatuhkan hukuman larangan mendampingi tim selama empat pertandingan dan denda sebesar £35.194 atau sekitar Rp745 juta (kurs Juni 2025).
Setelah melalui proses banding, hukuman Mourinho dikurangi separuh. Namun, sang pelatih tidak tinggal diam. Ia justru menggugat balik Galatasaray atas tuduhan rasisme, memperpanjang daftar drama yang menyertai musim debutnya di Istanbul.
Derby, Cubitan, dan Misi yang Belum Selesai
Musim Mourinho ditutup dengan nada pahit setelah Fenerbahce disingkirkan Galatasaray di perempat final Piala Turkish. Seusai pertandingan, Mourinho mencubit hidung pelatih Okan Buruk dari belakang, yang membuat sang lawan terjatuh. Tindakan itu membuat Mourinho kembali diganjar larangan mendampingi tim selama tiga laga.
Insiden tersebut hanya satu dari sekian banyak momen panas sepanjang musim. Dari tribun hingga ruang ganti, Mourinho tak pernah jauh dari kontroversi. Namun, inilah sosok Mourinho—suka atau tidak, kehadirannya selalu mengundang perhatian.
Fenerbahce pun tampaknya tak gentar. Mereka memastikan Mourinho tetap bertugas musim depan, seolah berkata bahwa proyek ini belum selesai. Dengan segala drama yang menyertai, musim kedua Mourinho di Turki akan tetap dinanti—entah sebagai kisah redemption, atau lanjutan dari sebuah opera sabun yang belum tamat.
Sumber: talkSPORT
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Real Madrid Masih Banyak Kekurangan: Evaluasi dari Hasil Imbang Kontra Al Hilal
- Penjaga Gawang, Penjaga Harapan: Yassine Bounou dan Momen Magis vs Real Madrid
- Al Hilal dan Keberanian dari Padang Pasir: Menahan Madrid, Menantang Dunia
- Legenda di Ujung Jalan: Bintang-bintang Veteran di Panggung Piala Dunia Antarklub 2025
- Kandidat Kuat Pelatih Parma: Dari Arsenal, Usia 29 Tahun, Multibahasa dan Multitalenta
- Liam Delap, Debut Menjanjikan, dan Kutukan yang Melekat pada Nomor 9 Chelsea